Hahndorf
merupakan sebuah perkampungan yang terletak di pegunungan ke arah tenggara
Adelaide, Australia Selatan, sekitar 1 jam perjalanan naik bus. Kami ke
Hahndorf bersama keluarga kemarin.
Kota
kecil Hahndorf adalah pemukiman warga keturunan Jerman. Tempat ini dirintis
sekitar tahun 1838 oleh orang-orang Lutheran Jerman yang terusir dari kampung
halamannya. Nama distrik ini bersumber dari nama kapten kapal yang mempelopori
keberadaan perkampungan itu di masa silam. Maka tak heran bila sebagian besar
penduduknya merupakan keturunan Jerman. Di sepanjang jalan dan di depan
beberapa bangunan tua, terdapat bendera Jerman berkibar berpasangan dengan
bendera Australia.
Gambar sumur koin di Hahndorf, Adelaide |
Sekitar
sepuluh kilo meter sebelum masuk ke Hahndorf, kita akan menanjaki pegunungan,
melewati, Heysen Tunnel, yakni terowongan sepanjang setengah kilometer yang
membelah pegunungan. Walaupun terowongan ini panjang, namun tetap terang
benderang, banyak lampu menempel di dindingnya, disertai fasilitas telepon setiap
seratus meternya, kemungkinan untuk melaporkan masalah dalam terowongan, jika
ada. Terowongan masuk terpisah dengan terowongan dari arah berlawanan. Di kiri
kanan jalan, akan melihat pemandangan berupa kawasan hutan yang dipenuhi
binatang-binatang liar, seperti kambing hutan, rusa, kerbau, dan kijang.
Sebenarnya
pemandangan di sini hampir sama dengan di Malino, dingin, sejuk dan penuh pohon
pinus. Jadi apa yang mau dilihat di Hahndorf sehingga terkenal dan menjadi
kunjungan para turis? Sepanjang jalan yang kami lalu, yang ada hanya toko-toko
souvenir, restoran, bar, gazebo, dan pohon-pohon dengan daun yang
berwarna-warni atau autumn leaves. Inilah yang menjadi daya tariknya,
disamping nilai sejarahnya karena tetap mempertahankan bangunan yang sudah ratusan
tahun dan bernuansa Jerman. Beberapa pohon dedaunannya sudah habis berguguran,
tinggal ranting-ranting yang kosong. Di beberapa tempat, masih kelihatan daun
yang berwarna kuning, merah hati, merah muda, hijau muda, dan coklat.
Ketika akan shalat, tak ada musholla. Wudhu pun di toilet umum. Jadi kami memilih sholat di areal public parking, tak jauh dari the Manna Hostel. Malumlah, Australia ini sangat menghormati kebebasan beragama, pemerintahnya tidak mencampuri urusan beribadah umat. Hanya yang agak aneh adalah di pinggir jalan, persis di belakang halte bus 55, ada sumur berdoa dengan kedalaman kurang dari tiga meter. Sumur ditutup ditutup dengan terali besi. Siapa saja yang ingin berdoa, datang ke sumur ini dengan syarat memasukkan koin dollar, berapa saja, lalu berdoa. Doa apa saja yang diinginkan.***
dr. Nurhira Abdul Kadir
Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar / Mahasiswa di School of Population Health and General Practice, the University of Adelaide, melaporkan dari Adelaide Australia Selata
No comments:
Post a Comment