Monday 20 May 2013

Makanan Halal dari Filipina

Catatan ini sudah dimuat oleh koran Tribun Timur Makassar, edisi 21 Mey 2013



                 Mengikuti perkembangan the Second General Assembly Of Centrist Asia Pacific Democrats International (CAPDI) yang juga diikuti oleh mantan presiden Filipina, Fidel Ramos, saya jadi teringat dengan makanan halal. Sejak saya memulai kuliah di the University of Adelaide setahun yang lalu, mencari makanan halal menjadi tantangan tersendiri. Sebab tidak semua toko menjual makanan halal khususnya produk-produk kemasan; kue, bumbu, ikan, ayam ataupun daging potong. Kalaupun ada, harganya lebih mahal dibanding dari makanan yang tidak halal karena harus didatangkan atau diproduksi secara khusus.

Ini dia, produk ikan halal dari Filipina !



            Di Adelaide, ada beberapa toko yang khusus menjual makanan halal. Khusus area western Adelaide, ada supermarket Arya dan Al-Raya, keduanya di Henley Beach Rd, Torrensville. Beberapa produk halal ditemukan pula di Asian Grocery yang dikelola oleh keturuan Cina, juga di jalan yang sama. Pada umumnya, produk makanan halal tersebut didatangkan dari negara-negara Timur Tengah  dan Malaysia. Wajar jika asalnya dari negara-negara tersebut, banyak warganya bersekolah dan bekerja di sini. Ada yang sudah jadi wargangera.
            Yang menarik perhatian saya adalah produk makanan halal dari Filipina. Beberapa diantara produk negara bekas koloni Spanyol dan Amerika Serikat tersebut yang saya beli kemarin ada produk ikan kaleng sardin, mereknya Ligo yang diproduksi oleh ATC MFG Corp. Coloocan City Metro Manila. Saya beli karena ada logo halalnya, yang dikeluarkan oleh Office on Muslim Affairs Philippines. Saya sudah cari ikan kaleng dari Indonesia tidak ada. Yang ada hanya indomi, kerupuk dan beberapa produk bumbu masak.
Mengapa dari negara Fidel Ramos tersebut? Mengapa bukan dari Indonesia. Ikan sardin kan banyak di perairan laut di Indonesia. Jarak dari Indonesia dengan Australia juga lebih dekat, sehingga harganya bisa lebih murah. Ada juga produk santan kelapa dalam kemasan kaleng dari Thailand, lengkap dengan label halal. Padahal di negara kita ribuan hektar kebun kelapa, seperti di Kabupaten Bantaeng dan Kepulauan Selayar. Kampung halaman saya di Majene, Sulawesi Barat juga penuh kelapa. Sudah saatnya pemerintah Indonesia memikirkan untuk lebih agresif mencari peluang meningkatkan income petani dengan membantu pengolahan dan pemasaran sebanyak-banyaknya jenis produk Indonesia. Makanan-makan halal berkualitas dari Indonesia perlu dibukakan jalan kepada dunia, agar dapat bersaing dengan produk dari negara lain dan mengikis problem kemiskinan yang mengguritai hidup rakyat. ***
 Adelaide, 21 Mei 2013
Dr. Nurhira Abdul Kadir
Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar melaporkan dari Adelaide, Australia Selatan

No comments:

Post a Comment