Kemaren, 8 September 2012, aku dan
teman-teman menghadiri Indopendence Day, perayaan hari kemerdekaan Indonesia yang
ke-67 di Dom Polski Center, Angus Street, Adelaide.
di sela acara Indopendence Day 2012, Adelaide |
Dom Polsky Center, Adelaide, before the Indopendence Day event is started, 8 September 2012 |
Acaranya ramai sekali. Makanan
Indonesia disajikan dengan harga terjangkau. Kami pulang pukul 1 siang, dan aku
mulai bingung antara ikut teman-teman beramai-ramai hunting foto ke Waite
Campus, atau ikut pengajian Leadership Course IICSA di Islamic Center, Logan
Street.
mengambil gambar Dr. Zachariah Matthew, direktur Deen Academy, Sidney, dari sudut tempatku menyimak presentasi beliau |
Masalahnya, aku akan ke pengajian
sendirian saja. Selama ini saya ke sana dengan teman-teman Malaysian students
dan dengan demikian saya tak perlu kuatir untuk nyasar. Kelemahanku adalah
nyasar. Dan, to be honest, saya sudah sering nyasar saat jalan sendirian di
Adelaide.
Akhirnya kuputuskan aku ikut
rombongan ke Waite Campus.
Hatiku sedih juga membayangkan tak
ikut pengajian. Padahal materi Dr. Zachariah Matthew sungguh luar biasa.
Setengah hati kuperturutkan jalan teman-teman, semakin lama, kukayuh langkah
semakin berat.
“Hey tunggu,” seseorang dari kami
menukas, “kita salah jalan, harusnya ambil bus di arah situ!”
Oh ya?
Rombongan memutar arah. Seseorang
dari kami pamit meneruskan jalan, dia mau belajar, katanya, tak mau
jalan-jalan.
Aku tertegun. Memandangnya berjalan
seberangi jalan.
“Tunggu!” Kataku pada rombongan.
“Kenapa, Hira?”
“Aku tak jadi ikut kalian, aku mau
ke pengajian!”
Mereka memandangku tersenyum.
Kami berpisah. Aku meneruskan
langkah dengan hati yang lega yang tak dapat kulukiskan. Jalanku ringan, meski
kutahu, menuju bus stop terdekat yang ke Islamic Center harus jalan 1,2 km
lagi.
Aku baru saja memenangkan peperangan
sederhana itu dan itu rupanya melegakan sekali.
Dari Bus Stop VS6 Victoria Square,
kuambil bus G20 ke Stop X1 Sturt Street. Sopirnya berwajah Pakistan, ia kuminta
menurunkanku di sana, sembari mengingatkan, “I’ve never been there alone before.”
Seturun dari bus, pertolongan Allah
menunggu. 3 orang gadis kecil berkerudung berdiri di ujung jalan, seorang dari
mereka malah bersedia mengantarku ke Islamic Center.
Setiba di Islamic Center, pizza
aneka rasa menyambut, hanya seharga 5 AUD, beserta kopi hangatnya. Acara belum
dimulai. Para sisters sudah duduk dalam ruangan.
mengenang kunjungan pertama-ku ke Islamic Center ADL, malam 4 September 2012, berfoto bersama istri Brother Hani, pimpinan Islamic Center Adelaide. Pictured by my sister Aishah. |
Subhanallah, tak susah jalan menuju
Tuhan.
Tetapi butuh berani dan tegas
mengatakan pilihan.
Dan sekali engkau memilihnya, ya
Allah, damainya…
No comments:
Post a Comment