Tuesday 11 September 2012

Catatan Dari Dapur Ibuku

Masakan Ibu selalu yang terbaik untuk anak-anaknya.

Alasannya berulang dan klise.

"Mereka memasaknya dengan cinta"

Mama, duduk menunggu kedatanganku di Airport Sultan Hasanuddin, Makassar, Juli 2012.

Setiap orang, atau hampir setiap orang, akan selalu mampu melukiskan bagaimana yang terbaik adalah ibu mereka. Berbahagialah para ibu. Surga bahkan berkenan tinggal di telapak kaki mereka.


Mama', ini kuketik saat aku rindu pada-mu.

Masakan Ibuku

Masakan ibuku Hj. Sitti Zainab Mada sangat sederhana. Beliau tidak seberapa suka dengan bawang putih, menghindari MSG (dan saya sangat setuju dengan ini) serta tak banyak memakai rempah.

Saking sederhananya, itulah nilai lebihnya. 

Di meja yang lain orang mendapatkan makanan yang kaya rasa dan rempah, tetapi ketika mereka mampir ke meja makan kami dan menemukan rasa yang tak neko-neko, tamu-tamu kami biasanya akan pulang dengan catatan panjang, resep masakan ibu.

 

Ibu sendiri cukup unik. Sebab walau beliau memasak sendiri masakan itu, kadang beliau sendiri tidak berminat menyantapnya. Beliau sangat pilih-pilih makan dan jadinya repot jika ke mana-mana karena makanan di restoran atau warung makan tak cocok buat beliau. 

 

Beliau tak pernah memasak daging sapi dan kambing di rumah lantaran tak suka baunya, dan jika memasak ayam, mesti ayam kampung. Ayam kampung ini di masak tanpa kepala dan kulit ari. Ketika selesai di masak, yang lain boleh menyantap semua bagian daging ayam tetapi buat beliau sendiri tak banyak bagian yang diminatinya, hanya dada ayamnya.

 

Begitulah ibuku, perempuan Mandar yang sederhana. 

 

Resep yang akan saya tuliskan di sini, kucatat tergesa dengan telepon berpulsa international..Ada beberapa hal yang tak akan akurat di sini. Bahkan ketika di Somba pun, di bawah pengawasan beliau secara langsung, jika aku memasaknya sesuai petunjuk beliau, rasanya koq tetap lain...

No comments:

Post a Comment