Merindukan Somba itu semacam penyakit kambuhan. Dalam dunia medis, dikenal
istilah penyakit kronis. Penyakit kronis ini istilah awamnya penyakit menahun. Termasuk-lah
di dalamnya penyakit yang orang awam bisa menyebutnya penyakit gula atau
diabetes, penyakit garam eh..darah tinggi, dan penyakit minyak alias gangguan
kolesterol, atau penyakit lainnya. Penyakit kronis biasanya mengalami pasang
surut serangan. Jadi merupakan bahaya laten. Tak pernah sembuh sempurna. Hanya
bisa mengalami fase tenang, atau fase serangan alias kumat atau istilah
kedokterannya lagi mengalami fase eksaserbasi akut.
Jadi, merindukan Somba, buat saya, adalah 'penyakit kronis' yang sesekali
kumat, masuk ke fase 'eksaserbasi akut'.
Merindukan Somba di kala jauh bisa jadi masalah, sekaligus bisa jadi berkah.
Masalah karena tak bisa diterapi dengan segera, berkah karena dengan adanya
Internet, saya bisa menjelajah Somba dan menihat-lihat gambarnya, belajar
beberapa hal terbaru tentangnya dan mengerti lebih banyak. Begitulah umumnya
rindu bisa menumbuhkan beberapa hal.
Penelitian Tentang Somba
1. Penelitian Tentang Air Bersih di Somba
Salah satu hal yang segera kutemui adalah cerita tentang penelitian kawan
kita di BPPT, pak Arie Herlambang, 2003. Beliau mendapati Somba sebagai
lahan kering di mana masyarakat sulit mendapati air.
Sumber air masyarakat, kata beliau, adalah air dari tanah dangkal dan PDAM
yang hanya mampu mensuplay air dengan kecepatan alir 5 liter per detik alias
432 liter per hari (tak jelas nilai ini untuk seluruh pelanggan atau untuk tiap pelanggan secara rata-rata).
Sebagai warga Somba (#
hm, hati-hati ibu Hira..sebagian pengalamanmu itu
riwayatnya dari kisah 20 tahun lalu, sudah kadaluarsa, out of date!!!!) saya ingat
tak kesulitan mendapat air bersih, sumur kami banyak air. Tetapi memang
belakangan, jika pulang libur, dan ini era 2010-an lho, kadang setelah beberapa
kali orang mandi, mencuci, memasak dan aktifitas pagi lainnya, sumur kami yang
mensuplay air untuk sekitar 3-4 rumah tangga biasanya sudah kering. Harus
menunggu sekitar 1-2 jam untuk kembali berisi.
Tentang PDAM, saya ingat persis 20-an tahun silam Bapak (almarhum) memasang
sambungan PDAM ke rumah kami. Betapa senangnya punya
ledeng, begitu
warga Somba menyebut air yang disuplay PDAM.
Tiap hari, kami muncrat-muncratan air di halaman,
bahkan abang saya sempat membuat kolam ikan artifisial dan memainkan
kapal-kapalan buatannya yang bergerak dengan dorongan dinamo batrei. Ide hebat
yang dipraktekkan anak kelas 3 SMPN Somba, (SMP sangat kampung di era 90-an!)
dari buku bacaaan fisika-nya (Saya masih tertegun mengenang itu, Wamm !)
Tapi itu tak sebulan, karena kemudian airnya berubah coklat, keruh, lalu
alirannya lambat, "kencangnya seperti aliran kencing,' kata tetanggaku di
kala itu. Dan pada akhirnya, kami tak pernah lagi dapat aliran air dari pipa
ajaib itu dan periode muncrat-muncratan pun berakhir dengan kelegaan ibu kami
lantaran tak perlu lagi berteriak histeris memperingatkan kami untuk berhenti.
Tetapi itu-lah kisah air versi warga lokal. Kisah air versi peneliti lain
lagi. Peneliti mencermati air Somba dalam kondisi kritis. Bahkan dikenalkannya alat yang disebut Sarpalam (Saringan Pasir Lambat,
Slow
Sand Filter), alat yang dimodifikasi sedemikian rupa agar mampu menyediakan air bersih dengan cara menyaring air daru sumber air yang ada dengan memakai bahan dan peralatan yang bisa didapat dengan mudah di Somba
.
Yang menjadi pertanyaan apakah saudaraku di Somba mengetahui
hasil penelitian ini
? Mudah-mudahan, kalau tidak, saudaraku bisa
mengklik
link ini.
2. Penelitian Tentang Ikan Terbang
Ikan terbang Somba adalah maskot.
Kebanggaan dan kerinduan.
|
Gambar
2. Ikan terbang, dengan nama ilmiah exocoetidae, panjang, ramping, sisik
perak dengan mata bulat. |
Ikan terbang pernah diliput dengan manis di Kompas.
|
Gambar
3. Tampilan menggoda ikan terbang panggang. Di kampung ini warga menyebutnya, banggulung
tapa, pada tahun 2000-an awal harganya tak lebih dari Rp. 100 per-ekor. |
Dua orang mampir ke warung di Labuang, Somba, dan menceritakan pengalaman
dan kesannya mencicipi ikan terbang, ikan yang harganya murah dimakan dengan
jepa,
sungguh
meriah dan mengenyangkan.
|
Gambar
4. Kurasa beliau inilah 2 orang yang menulis artikel tentang ikan banggulung
tapa di Kompas. Menikmati ikan terbang asap di salah satu warung di Somba. Di
atas meja terhidang antara lain buras, jepa dan gogos. |
|
Gambar
5. Sibuk mengipasi bara pattapang. Sabut kelapa kering memberi aroma
khas pada ikan panggang ini. Ikan terbang segera siap disantap panas-panas. |
Lalu ikan ini juga menarik perhatian adek kita, Murniaty, mahasiswa ilmu
kelautan, Unhas. Pada tahun 2010, ia berangkat ke Somba untuk melihat
penangkapan ikan terbang. Adek ini meneliti bagaimana menangkap ikan terbang
dengan efisien dan tetap mengedepankan unsur ramah lingkungan. Alat yang
disarankan adalah "Alat Tangkap Jaring Insang Hanyut".
|
Gambar 6. Gambar alat tangkap Jaring Insang Hanyut, dianggap sebagai alat tangkap tradisional tetapi terbukti merupakan alat tangkap ramah lingkungan. |
Luas sekali masalah penangkapan ikan terbang dibahas di skripsi-nya. Jika
ditelusuri, bisa memberikan pemahaman yang lengkap tentang alat tangkap
jaring insang hanyut, dan penjelasan yang mendalam tentang mengapa hasil
tangkapan ikan terbang para nelayan bisa naik turun dan bagaimana jalan
keluarnya untuk meningkatkan hasil tangkapan tersebut. Ada pula grafik-grafik
menarik tentang naik turunnya hasil tangkapan sepanjang periode tahun 2000-an
dan alas an dibalik kenaikan dan “keturunannya”. Apakah saudara-ku para nelayan
di Somba pernah membacanya? Mungkin belum, ini
link-nya.
3. Kabar prestasi
Kurang kita bicara Somba tanpa melihat mutiara prestisius dari pedalaman kecil ini.
Perahu Somba, misalnya. Masa kecil kami bersaudara kental dengan cerita perahu
Somba. Musim liburan, inilah masa paling indah untuk berenang sekitar perahu
kecil nelayan Somba. Nelayan Somba biasa disebut dengan nama yang berbeda.
Musim ikan terbang jenis
tui-tuing, mereka disebut dengan “pattui-tuing”, musim ikan
tembang, “pattembang”, dan nama mereka terus berganti sesuai hasil tangkapan mereka. Musim cumi, nelayan yang sama menjadi "paccumi'" yang tak pernah kudengar adalah musim ikan seribu, di wilayah kami disebut
pandeangang peja, tetapi nelayannya tak pernah disebut 'pappeja'.
Kembali ke perahu Somba.
|
Gambar 7. Gambar dua perahu Somba dengan latar belakang pulau Tai Manuq. Tai Manuq dalam bahasa Indonesia berarti tinja ayam. Penamaaan pulau konon diambil dari cerita bahwa pulau tersebut dipercayai tumbuh dari kotoran ayam milik seorang raja yang dikagumi dalam legenda masyarakat Mandar. |
Cerita
tentang perahu Somba bukan kepunyaan kami orang Somba semata. Konsep perahu Somba
mulai dilirik di luar kabupaten bahkan di luar Propinsi. Atau bagaimana dengan
prestasi sumber daya manusia-nya. Yang terdekat, ingin kusebut kakanda
Professor Muris, dosen Fisika Universitas Negeri Makassar, beliau berasal dari
Tinggas, sungguh membanggakan hati putra Somba jadi Professor. Atau Prof.
Saeruddin Mandra, yang juga berbakti di UNM Makassar. Atau bibit baru tumbuh,
ananda M. Dani Assegaf (8 tahun), siswa kelas 2 SDN III Somba, Kec. Sendana
yang berkiprah dalam lomba Olimpiade Sains Kuark. Sungguh membesarkan hati.
Saya akan menulis tentang mutiara-mutiara Somba ini suatu waktu untuk
menginspirasi khalayak, khususnya untuk tumbuhnya kampung kelahiran-ku. Somba,
tunggu kisahmu ya.
Reference List :
Cerita-ku kali ini diperkaya oleh gambar dan berita yang kuambil dari sumber
berikut ini. Terima kasih dari Hira, semoga Allah membalas jerih payah kalian,
kawan.
3.
Sidik Pramono dan Heru Margianto,
Ikan terbang mendarat di Somba. Kompas.com, edisi 18 Mey 2008. Available from :
//travel.kompas.com/read/2008/05/18/08130770/Ikan.Terbang.Mendarat.di.Somba.
Viewed on 12 April 2012.
5.
Israr Ardiyansyah,
“Dorong anak
Indonesia berani bercita-cita tinggi”, Blog Indonesia Mengajar, 26
Juni 2011. Available from:
http://indonesiamengajar.org/kabar-terbaru/dorong-anak-indonesia-berani-bercita-cita-tinggi,
viewed on 12 April 2012.
6. Jaring Insang Hanyut, available from : http://3.bp.blogspot.com/_xBP4Fge9qiU/SlhqDBfofBI/AAAAAAAAAEY/37SJrV8otDQ/s400/purseillustccc.jpg, Viewed on 14 April 2012.
7. Tri Suharman, Panorama Tinja si ayam jago, Available from: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgq8jPMhTXVYNeGjJ077fWQLKh310w88Q6isluvcNiI5-HYNMVobJNPpLrxT2nbLuQlKpJRdwLxkTbso1WVRXj6z_klUOF7F5Wm8veWwRfEHt8yUJ8DMtM-kDv595X8SwgdJ5RM3X3w4Qk/s1600/okmantap.jpg. Viewed on 14 April 2012.