|
Foto bersama alumni '94 SMA Negeri 1 Majene, 31 Juli 2014. Dokumentasi milik bu Sri Hamdani. |
Pekan lalu, 31 Juli 2014, anggota Ikatan Alumni ’94 SMA
Negeri 1 Majene berkumpul di Restoran Dapur Mandar Pamboang untuk suatu hajatan
yang dinanti-nantikan, Reuni 20 tahun lulus SMA. Saya masih ingat bagaimana IAL dibentuk untuk
pertama kalinya di rumah teman kita Andi Nurlaylah Ahmad, SH di Jl. Maccini
Gusung Lr. 75E Makassar 20 tahun lalu. Waktu itu kelompok tersebut hadir
sebagai jawaban atas tanggung jawab untuk meneruskan tradisi reuni tahunan yang
sudah dirintis sebelumnya oleh KASS (Kerukunan Angkatan Sembilan Satu) SMA
Negeri 1 Majene.
Di kelompok KASS itu, saya mengenal beberapa senior yang
hingga jika ketemu sekarang pun, rasanya koq…tiba-tiba saya menjadi anak SMP
lagi. Itu lantaran mereka sudah kakak kakak SMA waktu saya masih SMP. Mereka
itu misalnya kak Muhammad Jaun, kak Ilman, kak Cahaya Darwis, kak Ishak Fahmi
(almarhum), kak Asliah Pattola, kak Hardiah Mustafa, Kak Achiel dan kakak
sekaligus simpeku di Perkumpulan beladiri Kempo Majene era 90-an, kak Rahmat.
Kembali ke IAL 94, pada rapat di rumah Lela yang, kalo tak
salah ingat, dihadiri oleh Rudi, Hans, Musjad, Mirfan, Nunung, Amda, Fatmiah,
Athik dan teman lain ditunjuklah ketua IAL ‘94 yang pertama yaitu teman kita
Muhammad Musjad KM. Kalau tak salah, saya wakil atau sekretaris. Sementara
bendaharanya adalah Ainun Mardiyah.
Rapat-rapat untuk merumuskan konsep dan proses pelaksanaan
reuni alumni yang selanjutnya dilakukan di berbagai tempat. Paling sering
adalah di rumah ketua IAL ‘94 waktu itu, rumahnya Musjad di BTP, Makassar. Saya
masih ingat waktu itu Amjad belum bisa banyak berkontribusi sebab sedang ikut
bimbingan tes (?) atau semacamnya, yang akhirnya beliau lulus masuk FK setahun
setelahnya.
Rumah Musjad di BTP besar dan mewah. Saya suka sebab ada
tape-nya keluaran terbaru di masa itu. Tape itu selain bisa memutar kaset, di bagian atasnya ada ceruk khusus untuk
memutar CD. Lagu-lagu yang diputar juga keren-keren; Padi, Dewa dan Iwan.
Beberapa CD lain lagu-lagu barat. Keren, pokoknya. Belum lagi, kantong tengah
terjamin kalau rapat di sana karena Ketua hobbi traktir orang-orang yang rapat.
Asik dan asik pokoknya.
Akhirnya setelah mencari dana dengan berbekal proposal yang
dibuat oleh sepupunya bendahara IAL, kak Fadilah Mindarti, yang di masa itu
adalah senior saya di FK Unhas, kami pun keluar masuk kantor, mengunjungi donatur
potensial. Selain itu, IAL ’94 juga menggelar beberapa bazaar, termasuk yang di
Restoran Dona-Doni. Seru sekali upaya mencari dana itu. Saya ingat mengajak
semua teman-teman terdekat saya dari FK untuk datang membeli kupon bazaar. Di
antara yang saya bisa pastikan ikut adalah dr. Siti Nurrohmiati (saat ini tugas
di Kalimantan). Saking seriusnya urus bazaar, kami lari-lari (eh.. naik becak
ke sana kemari bolak balek cari tempat sholat sebab ternyata pada waktu itu,
kalau tak salah, tak ada ruang untuk sholat di sekitar situ)
Walhasil, berhasil juga upaya kami untuk melaksanakan acara
reuni. Sekretariat dadakan dan logistic acara di-drop dari rumahnya teman kami
Fatmiah, yang tak jauh dari lokasi acara yaitu Gedung Assamalewuang. Di masa
itu, dapat saya pastikan bahwa Assamalewuang masih lagi merupakan salah satu,
jika bukan satu-satunya, gedung termegah di wilayah yang saat ini kita sebut
Sulawesi Barat. Acara kami dimulai sekitar waktu Isya. Hadir banyak sekali
tamu, di antaranya, jika tak salah adalah Bupati Majene di kala itu, Kapolres,
Dandim (?) Kepala Kantor Urusan Agama, Ketua DPRD, dan tamu lain. Di antara
guru-guru kami ada pak Malik (almarhum), pak Ka’do’, pak Ramadhan, ibu Chia’
(duh.. kangen sama ibu!) dan guru lain. Pak Tahir (almarhum), guru mate-matika
kami dan guru favoritku, beliau tak hadir sebab rumah beliau jauh.
Acara hiburan berupa drama komedi. Lupa bagaimana ceritanya
yang asli tapi tampaknya lucu sebab ada suasana mudik di atas panggung. Yang
membuat terpingkal adegan seseorang mengangkat karton sebesar kulkas berjalan
terbungkuk-bungkuk di terminal.
Kami memakai kostum seragam. Baju batik berwarna coklat.
Karena bajunya dijahit tanpa mengukur saya, atau mungkin karena saya membesar
tiba-tiba (?) maka pada malam puncak acara saya ingat lengannya kependekan dan
saya seperti memakai baju orang lain. Kerepotan lainnya adalah, karena saya
lupa membawa rok panjang hitam dari kampong saya yang 30km dari lokasi acara. Roknya
pun berakhir seperti bajunya. Tapi ini asli, rok pinjaman dari orang lain.
Hasilnya bisa diduga, kurang lebih
seperti pengungsi yang bajunya sudah hanyut semua, jadi tinggal pake baju
orang. Aih sudahlah. Sudah nasib seperti itu. Lagi pula, salah sendiri, sibuk
mengurusi acara dan tidak sibuk mengurusi kostum.
Tapi acara sukses.
Tampaknya, di masa itu belum lazim diperkenalkan konsep kue masuk di kantung
kertas seperti hadiah, karena biasanya kue masuk ke kotak kue, seperti yang
akhirnya bertahan hingga sekarang ini. Tapi kalau tak salah konsumsi di malam
acara itu, khusus untuk tamu umum, dimasukkan ke kantung kertas. Untuk tamu khusus, tampaknya
pake bosara. Isinya saya lupa persisnya apa. Saya juga lupa apakah kue itu
dipesan seluruhnya atau ada yang dibuat sendiri oleh kami.
Setelah acara reuni di malam itu, saya tak pernah lagi
terlibat dalam reuni lainnya yang diadakan oleh angkatan lain di bawah kami.
Saya jarang pulang lama sebab jadwal kuliah terlalu padat. Jangankan libur,
napas aja susah di masa-masa itu. Tampaknya ada acara reuni lagi dan tampaknya
tradisi reuni masih ada hingga sekarang.
Belakangan, setelah teman-teman yang tinggal di wilayah
Sulawesi Barat, khususnya yang bekerja di Majene kembali sering bertemu, saya
kerap membaca kabar sejuk tentang acar kumpul-kumpul, arisan, traktiran, dan
akhirnya reuni 20 tahun. Ide yang sangat baik. Sayangnya, saya hanya bisa turut
berbahagia menyaksikan foto-foto dan wajah-wajah ceria dan segar teman yang
berkumpul bersama hari itu, Reuni 20 tahun Ikatan Alumni (IAL) ’94, Majene. Ada
ibu Sri Hamdani, pak dr. Amjad, ibu Nasriah, ibu Husnayani, ibu … bapak.. ah
semua sudah berhasil. Guru-guru kita di SMA Negeri 1 Majene pastinya sangat
bangga dengan murid-muridnya lulusan tahun 94. Bukan hanya sudah berhasil, tetapi
pula masih tetap rukun, damai, adem, ayem. Meski ada juga yang tetap maroca’
dan ceria plus meriah seperti dulu. Iya toh?
Dan, masih ingatkah
motto IAL ‘94 yang kita rumuskan hari itu 20 tahun lalu?
“Bersama, kita
jadikan esok lebih baik”
Ini adalah esok dari hari yang 20 tahun lalu itu. Tapi
karena kita masih bersama, esok yang lain pula menunggu untuk diraih.
Keep in touch, dear Friends!