Friday 21 November 2014

Filosofi Pembelajaran Problem Based Learning


Ini adalah catatan lepas yang sempat saya catat dari kegiatan Pelatihan Pembuatan Modul dan Pelatihan Tutor Prodi Kedokteran FKIK UINAM. Catatan ini saya sarikan dari materi yang disampaikan oleh Dr. Irwin Aras, M. Epid., M. Med. Ed pada hari pertama dari pelatihan yang akan diadakan tiga hari dari tanggal 21-23 November 2014 di Ruang Rapat lantai 1 Rektorat UINAM, Samata.

Problem Based Learning adalah model pembelajaran yang pertama kali dikembangkan di Canada. Awalnya,  model ini dikenal dalam pendidikan bidang kesehatan. Belakangan, banyak bidang lain yang memakainya seperti mereka yang mendidik di bidang hukum dan teknik.

Dalam penerapan model pembelajaran Problem Based Learning, setiap mahasiswa harus punya pengalaman menjadi leader. Karenanya, ketua kelompok  yang dipilih harus bergantian sehingga mahasiswa mendapatkan pengalaman memimpin.

S Sebagai metode pembelajaran, tujuan PBL menyasar tiga hal yaitu Knowledge, Skills dan Attitude. Knowledge atau pengetahuan yang ingin dicapai dengan PBL adalah pada peningkatan pengetahuan teoretis dan klinis. Pada ranah skills (keterampilan), mahasiswa diharapkan dapat mencapai kemampuan seperti scientific reasoning, critical appraisal, information literacy, serta self directed, lifelong learning. Tujuan yang terakhir adalah pada attitude (sikap). Dalam ranah sikap, kemampuan yang diharapkan adalah value of teamwork, interpersonal skills, dan     … Lupa apa, heheh..
  
Dalam kelas tutorial, setiap elemen memiliki tugas penting. untuk suatu PBL yang biasanya dilakukan pada 8-10 mahasiswa, kelas PBL dibagi untuk memiliki 4 peran:
 
1.       1. Scribe
 Tugasnya adalah mirip sekretaris. Seorang scribe adalah seorang yang mencatat jalannya diskusi, terutama menuliskan learning obyektif yang dirumuskan oleh mahasiswa sendiri selama diskusi.

2.       2. Member
Member adalah peserta diskusi. Peserta diskusi dalam PBL idealnya senantiasa berkontribusi secara aktif.
3.       3. Tutor
Tutor adalah fasilitator pembelajaran. Tutor boleh dosen.
4.       4. Chair
Chair adalah ketua yang merupakan pengatur jalannya diskusi.

Salah satu tahapan pembelajaran yang diadopsi dalam metode PBL adalah Seven Jump Learning – yang diajukan oleh Wood, 2003. Dengan metode seven jump ini, diperlukan dua pertemuan untuk menyelesaikan satu pokok bahasan. Tahapan pertama, mahasiswa masuk ke kelas dengan prior knowledge (pengetahuan yang dimiliki sebelum dikonfirmasi dalam kelas):

  • Step 1 Identify and clarify unfamiliar terms presented in the scenario, (allocate a scribe and a chairperson, define rules)
  • Step 2 Define the problem or problems to be discussed
  • Step 3 Ideas storming session to discuss the problem (s) 
Pada fase ini persilakan mengajukan pendapat masing-masing, lihat ketidaksepakatan antar peserta, lihat adanya persoalan yang tak bisa dijawab, dari situlah sumbernya untuk menyusun daftar LO (Learning Objectives). Bisa saja dalam 1 sesi dirumuskan 15 LO. LO ini kemudian dibacakan kembali.
  • Step 4. review  step 2 and 3 and arrange explanation into tentative solution;
  • Step 5 Formulate learning objectives. 
Dalam langkah ini kelas melihat dan memastikan berapa LO  yang harus terjawab pada sesi berikutnya.
  • Step 6 Private study. 
Dalam fase ini, semua mahasiswa mengumpulkan informasi terkait kepada semua tujuan pembelajaran (LO)
  • Step 7 Reconvene - Group shares results of private study. Tahapan ini dilakukan 2-3 hari pasca sesi pertama.
Sebagai sebuah metode pembelajaran, PBL memiliki kelebihan dan kelemahan. Berikut ini adalah kelebihan dan kekuranga PBL:
Advantages of PBL
1.       Student Centered
2.       Generic Competencies
3.       Integration
Mengintegrasikan aspek non klinik ke dalam aspek klinik adalah dimungkinkan. Misalnya di scenario kasus PBL boleh ditambahkan kalimat yang memuat pembahasan tentang etik dan ke-Islaman.
4.       Motivation
5.       “Deep” Learning
6.       Constructivist approach: membentuk pemahaman secara mandiri melalui diskusi

Disadvantages of PBL
1.       Tutors who can’t “teach”
2.       Human resources
Perpustakaan harus menyediakan bahan pustaka yang ditulis di rujukan.
Internet.
Taman dengan jaringan internet,
Kantin dengan jaringan internet,
3.       Other resources
4.       Role Models
setiap manusia harus jadi contoh apalagi dosen
5.       Information overload
Generic Skills and attitudes
·         Teamwork
·         chairing a group
·         Listening: no interruption during tutorials
·         recording: dituntut mencatat
·         Cooperation
·         Respect for colleague’s view
·         Critical evaluation of literature
·         Self directed learning and use of resources
·         Presentation skills: Bukan hanya tentang power point presentation tapi juga menyampaikan pendapat

Penerapan PBL di institusi yang sebelumnya belum mengenal metode ini membutuhkan beberapa penyusuaian seperti:
  • curriculum reformation
  • lecturers to be facilitators 
  •  role of students
  • facilities
  • small group discussions 
  •  evaluation system 
  •  financing
Tak lupa, bagian pentingnya adalah foto-foto. Ini adalah beberapa foto kegiatan pelatihan:



 

Wednesday 29 October 2014

Tentang sebuah nama

Bahagian Pertama dari Serial Masuk TV

Sulit membayangkan bagaimana asal muasalnya untuk bisa masuk Tipi dengan gaya. Selain dari pengalaman di-shooting dari kejauhan, larut bersama mereka yang histeris disorot kamera, pengalaman pertamaku masuk Tipi, tampaknya, adalah ketika diwawancarai sebagai dokter di tenda pengungsian kasus bentrok Aralle Tabulahan Mambi, Polmas, Sulsel. Itu tahun 2003. Masa indah penganten baru yang dinikmati dengan bolak-balek ke lokasi pengungsi.

Saat itu, Syahrul Yasin Limpo datang sebagai wakil gubernur Sulsel meninjau lokasi pengungsian di kecamatan Darma, Polmas. Datang bersama helikopternya yang membuat warga kucar-kacir menonton adalah serombongan wartawan. Mereka bekerja sigap, efektif dan buru-buru. Saya pernah magang jadi wartawan abal-abal di sebuah koran kampus, jadi tahu tak lama lagi mereka pasti menghampiriku.

Berdiri di antara kertas resep yang dibuat dari guntingan kertas bekas pakai, tabung dan kaleng obat, adalah saya yang mendadak disergap gugup. Saya memakai baju kaos dan celana training spack, lusuh karena sudah dipakai keluar masuk barak. Tapi itulah pakaian kebesaran petugas kesehatan kalo membutuhkan kerja sigap di lapangan. Saya pasti jelek sekali hari itu. Berminyak dan keringatan.

Seorang teman melaporkan pengamatannya atas penampilan saya dalam berita siang RCTI besoknya. “Saya hampir tidak mengenalimu,” Katanya. Mereka menuliskan namaku dengan versi yang tak kusangka-sangka: Hirawati.

Kedua kali masuk tipi adalah semacam hadiah tak terduga. Saya, suami dan anak-anak jalan-jalan hendak melihat masjid terapung yang baru saja rampung dibangun. 

Masjid terapung. Foto ini milik  Adik Fiqri Muttaqin. Diambil dari http://fikrimamuttaqin.wordpress.com/2012/09/04/masjid-amirul-mukminin-pesona-baru-makassar/


Sembari keliling-keliling mengagumi masjid dari berbagai sudut, tertanamlah sketsa awal puisi “Di seberang Hotel Imperial Aryaduta” di kepala. Puisi itu bernasib baik karena  akhirnya diberi kesempatan lolos di buku Komunitas Penyair Perempuan Indonesia.

Ketua KPPI ibu Yenti Nurhidayat, memperlihatkan buku Antologi Puisi 100 penyair perempuan Indonesia, di dalam mana, satu puisiku yang terinspirasi dari kunjungan ke masjid terapung, Makassar turut termuat. Foto milik http://www.antarafoto.com/peristiwa/v1413105070/buku-antologi-puisi


Selain sketsa puisi, rejeki nomplok ada wartawan sedang membuat liputan Ramadhan di situ. Wartawannya kebetulan kawan bapaknya anak-anak. Sembari memandangi mereka mengatur-atur lokasi kamera, bapaknya anak-anak berbisik, “Wah, bakalan ada yang masuk tipi, nih.”

Aku melihatnya menulis-nulis sesuatu di kertas. Entah apa, wartawan yang kawannya itu mendekat, ia meminta saya diwawancarai tsebagai pengunjung masjid terapung. Saya segera menyiapkan diri.  Apa daya, saya akhirnya masuk tipi dengan penampilan sedikit lebih baik. Kostum jalan-jalan dengan keluarga tentu tidak sekusut kostum petugas pengungsian.

Waktu sang wartawan Tivi pamit, suamiku menyerahkan kertas kecil pada kawannya. “Ini nama istri saya,” Katanya. Rupanya ia juga ikut prihatin mendengarku berduka tentang nama Hirawati di syutingan pengungsian tempo hari.

Dua kali masuk tipi, kurva penampilan beranjak naik.

Ketiga kali masuk tipi, bagaimana?
Kita tunggu cerita berikutnya.

J

Monday 22 September 2014

Menghadiri penyumpahan 37 orang bidan alumni Prodi Kebidanan UINAM. Acara diadakan di gedung Training Center UIN Alauddin Makassar, jl Sultan Alauddin 63 Makassar.

 Gedung ini dipergunakan sekitar setahun terakhir. Dikelola bekerja sama dengan manajemen hotel Clarion, gedung milik UINAM berlantai tujuh ini menyediakan layanan berkonsep hotel dan convention center. Ruangan di lantai satu, merupakan aula besar yang dapat menampung 500-an tamu, merupakan lokasi penyumpahan pagi ini.Untuk periode September kali ini, lebih dari 90% peserta pengambilan sumpah lulus dengan predikat memuaskan dan sangat memuaskan atau dengan IPK lebih dari 3,0 (skala 0-4).Satu orang alumni  yaitu Sulpidar, lolos dengan predikat Cum Laude, (IPK 3,8). Hadir dalam acara ini adalah Rektor UINAM, Prof. Dr. H. A. Qadir Gassing, HT., MS. Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan  Dr.dr.A.M.Armyn, M.Sc, Ketua Prodi Kebidanan Firdayanti, S.SIT., M.Keb., serta wakil dekan dan unsur pimpinan lainnya.

Pagi ini cerah, hadirin menyaksikan pengambilan sumpah dengan khidmat. Rona bahagia menyebar dan harapan disampir ke pundak 37 orang fresh graduated Prodi Kebidanan UINAM.Slamat, dinda. Semoga  senantiasa dalam lindungan dan petunjuk Allah SWT.

















Sunday 31 August 2014

Acara Permak Kasur di Hari Minggu

Hari Minggu yang cerah,
pukul delapan pagi,
seluruh bantal mejeng di teras. Sun Bathing.

Lalu di pintu pagar, masuklah sebuah motor bebek. Itu Mas Kasur yang kupesan datang pagi-pagi sudah tiba.
Dengan segera, setelah menggelar tikar dan menambahnya dengan potongan kardus, di ruang bawah rumah kami, Mas Kasur duduk menghadapi tiga buah kasur yang kupesan untuk dibuat jadi satu kasur, ukuran King.

Pret Pret Pret. Gunting menggesek kain kasur yang nampak robek dengan mudah. Kapuk terburai, serpihnya melayang ke mana-mana. "Jangan menjemur pakaian dulu, Bu." Pesan Mas Kasur sebelum bekerja tadi.

Saya ke atas memesan teh manis untuk Mas Kasur pada tante. Memindahkan kue-kue dari kaleng Khong Guan ke dalam toples. Lalu turun lagi dengan bantal-bantal tua.

"Mas, nanti ini juga diservis, ya Mas," Pesanku.

Anak-anak yang turun untuk main di halaman kuhalau kembali ke rumah. Debu kapuk sudah mengelilingi kami. Lalu mas kasur istirahat sejenak minum teh, sambil melanjut pekerjaan kami ngobrol.


Seorang anak bermain panjat kasur, satu pagi di musim dingin, di wilayah Broklyn Park, ADL.



Ngalor ngidul. Mulanya, saya bercerita tentang lokasi transmigrasi. Tentang sebuah kota kecil bernama Wonomulyo, di Sulawesi Barat. Tentang keuletan teman-teman saya yang orang Jawa dalam mencari rezeki. Lalu saya pun tahu bahwa, Mas Kasur ini ternyata sudah 15 tahun di Makassar.

Ia menceritakan hidupnya dengan gembira walaupun jika kusadari lebih jauh, pastilah berat hidup seperti Mas Kasur, terpisah jauh dari keluarga. Keluarganya diSragen, istri dan kedua puterinya.
Putrinya yang tertua, sudah masuk pesantren setingkat SMP, di sana belajar kitab kuning. Putrinya yang kedua, mau masuk SD. Sambil merawat putrinya itu, sang istri kadang bekerja sebagai buruh tani.

 Keluarga kecilnya itu belum pernah ikut ke Makassar, kecuali sang istri yang sempat datang ke Makassar. Mas Kasur baru semingguan tiba di Makassar, barusan mudik dari Jawa. Katanya, ke sana naik kapal sampai Surabaya, lalu naik bus 8 jam-an ke Sragen. Sragen Asri, kata bapaknya anak-anak yang nimbrung, ikut menambahi.

Mas Kasur, bekerja dengan gembira. Ia biasa beredar setiap hari mencari pelanggan hingga ke daerah Pakkatto', Gowa. Itu jarak yang cukup jauh dari kost-an-nya di Karuwisi. Tak lama setelah merampungkan permak kasur seharga 270 ribu rupiah, dan membuat bantal 8 biji seharga total 160 ribu, ia pamit mau ke SMA 10, sekitar Bapelkes AQntang Makassar karena mau bekerja lagi di sana.

Ia menyelesaikan pekerjaan itu sekitar 2 jam. Ketika pamit, kami meminta nomor teleponnya. Mana tau besok ada kasur mau dipermak, atau ada teman menanyakan servis kasur pula.

Lalu kami tanya namanya. "Tulis saja mas kasur, pak" Katanya pada suamiku.
"Kalo boleh namanya juga, pak, biar lebih kenal. Nanti ada mas kasur lain."Kata suamiku.

"O iya, ini ditulis saja Mas Warto. Namanya Jawa sekali toh. Pokoknya kalo nama orang jawa itu ada bunyi to, no, yem..."

O iya lah. Senang berkenalan denganmu mas Warto. Mudah-mudahan selalu dimurahkan rejeki oleh Allah SWT sehigga bisa sering-sering kunjungi keluarga di Jawa. Amin.

Sunday 24 August 2014

Lokakarya Persiapan Pembukaan Prodi Kedokteran UIN Alauddin Makassar

Hari ini, hari yang bakalan sangat panjang.
Dalam undangan yang disebar minggu lalu dan ditandatangani oleh Bapak Drs. Wahyuddin G., M.Ag, Wakil Dekan III FKIK UINAM yang bertugas selaku kuasa dekan, disusuli tak kurang dari 5 sms mengingatkan tentang pentingnya acara ini, pertemuan ini akan berlangsung dari pukul 08.O0 hingga pukul 22.00.

14 jam! Wow!

Acara berlangsung di ruang Krakatau, lantai 3, Hotel Horizon Panakkukang, Jl. Boulevard, Makassar. Hotel Horizon yang ini, rupanya hotel baru. Lokasinya di jalan Boulevard, Panakkukang. Tak jauh dari hotel Grand Asia, lokasi lokakarya sebelumnya untuk prodi kedokteran. Beberapa peserta pake nyasar dulu baru dapat lokasinya, termasuk saya yang diantar suami tercinta.

Syukurlah, di lokasi langsung dijemput petugas hotel yang ramah :)
Ditanyain mau ke ruangan apa, ditunjukin arah lift, pas nyampe lantai 3, di depan ruangan sudah ada mbak-mbak yang maniiiiis - duduk menyambut bukain pintu. Hotel yang ramah ya :)

Suasana Lokakarya, pemaparan pak dekan tentang Bakordik.


Acara dibuka oleh Wakil Rektor I, Prof. Ahmad Sewang, mewakili pak Rektor yang sedag dalam perjalanan ke Sudan. Acara didampingi oleh Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, UINAM, Bapak Dr. dr. A. Armyn Nurdin, M.Sc. Hadir dalam acara adalah tim perumus dokumen pebukaan prodi kedokteran (Borang dan Proposal), wakil dari rektorat dan tim penjaminan mutu universitas serta pejabat fakultas,

Acara berlangsung dengan diskusi panjang termasuk merumuskan struktur organisasi program studi, penyempurnaan dokumen dan masukan dari berbagai pihak termasuk dari pihak pengampu, Universitas Hasanuddin.

Selamat, semoga meraih keberkahan dalam ber-lokakarya.

Saturday 9 August 2014

Beberapa sumber kesalahan dalam melakukan tes Hb Sahli

Pengukuran kadar Haemoglobin dalam darah sudah sangat maju di saat sekarang ini. Peralatan pengukurannya pun sudah ada di berbagai sentra pelayanan kesehatan masyarakat, baik di tingkat praktek dokter, bidan, atau di institusi pelayanan kesehatan milik pemerintah.

Upaya mengestimasi kadar Hb dimulai sejak puluhan tahun silam. Salah satu peralatan yang pernah dikenal dalam sejarah adalah metode Sahli. Metode ini, di beberapa negara sudah tidak dipakai lagi. Di pusat pelayanan kesehatan modern di Indonesia, sekitar awal tahun 2000-an, pengukuran Hb Sahli rutin dilakukan pada semua ibu di ruang partus. Hal tersebut dilakukan sembari menunggu hasi pemeriksaan Hb dari laboratorium Patologi Klinik.
Saat ini pengukuran dengan cara Sahli perlahan mulai ditinggalkan di mana mana sebab, seperti diungkap di berbagai jurnal, metode ini
 sangat rentan untuk mengalami kesalahan.


Seorang mahasiswi tengah menjalani ujian laboratorium, Sabtu pagi, 9 Agustus 2014 di Makassar

Meskipun demikian,
Estimasi kadar Hb Sahli masih tetap diajarkan dan diharapkan untuk dikuasai oleh bidan sebab di tempat tempat seperti wilayah terpencil dan akses pelayanan kesehatan di institusi milik pemerintah sulit dijangkau, pemeriksaan Hb dengan metode lain sulit dilakukan. Sejauh ini, peralatan pengukuran Sahli yang mudah dibawa, ringan dan alat plus bahannya masih dapat dijumpai di toko peralatan medis menjadi satu, kalau bukan satu-satunya yang paling praktis untuk dipergunakan. Sayangnya, dalam suatu ujian, terkadang kemahiran melakukan cara ini tampaknya yang paling sulit dikuasai.Banyak kesalahan yang dilakukan selama prosedur pemeriksaan tersebut yang keseluruhannya berakibat sulitnya memperoleh data yang akurat tentang kadar Hb ibu.Kesalahan yang kerap terjadi, misalnya:

  • Mengisi larutan HCl 0,1N kurang atau lebih dari yang diminta
  • Kesalahan

dalam pengisapan darah perifer, misalnya berupa terhisapnya udara ke dalam pipet sehingga sulit menentukan jumlah darah yang diambil apa sudah cukup atau tidak. Jika terjadi hal demikian, sebaiknya prosedur pengambilan darah diulang dan pastikan mulut pipet sepenuhnya terbenam dalam darah di ujung jari.
  • Lupa mengusap sisa darah di ujung pipet sebelum dicelup ke dalam tabung Sahli
  • Pipet menyentuh dinding tabung sebelum dicelup ke dalam larutan HCl sehingga sebagian darah tertinggal di dinding pipet sebelah atas dan tak pernah menyentuh HCL.
  • Salah menginterpretasi warna larutan.
Kesalahan seperti disebutkan di atas sangat potensil mengubah hasi pemeriksaan Hb sehingga tidak akurat. Jika jumlah darah yang dilarutkan kurang dari ketentuan, alat bisa memberi hasil seolah ibu anemi. Jika sebaliknya, hasil Hb ibu bisa tampak seolah normal atau melebihi normal.Kesalahan seperti ini bisa diatasi dengan berlatih. Kesalahan pengambilan darah misalnya bisa diatasi dengan berlatih melakukan pemipetan cairan dengan memakai cairan berwarna. Tak perlu harus darah dulu. Lalu belajar memasukkan cairan dalam tabung tanpa tertumpah.Jika sudah mahir, seorang boleh meminta voluntir untuk menyumbang darahnya. Kalau perlu, melakukan tes Hb dengan cara lain yang lebih akurat terlebih dahulu di lab standar yang ada. Hasilnya lalu dicocokkan dengan prosedur pemeriksaan cara Sahli.Dengan cara demikian, bidan dan petugas kesehatan lainnya dapat lebih terampil dan lebih akurat dalam memeriksa Hb pasien.

Bakung, 9 Agustus 2014, catatan kecil untuk 2 rekan kecilku yang masih perlu mengulang dalam ujian laboratorium mereka hari ini.



























Thursday 7 August 2014

Reuni 20 Tahun Ikatan Alumni '94 SMA Negeri 1 Majene


Foto bersama alumni '94 SMA Negeri 1 Majene, 31 Juli 2014. Dokumentasi milik bu Sri Hamdani.

Pekan lalu, 31 Juli 2014, anggota Ikatan Alumni ’94 SMA Negeri 1 Majene berkumpul di Restoran Dapur Mandar Pamboang untuk suatu hajatan yang dinanti-nantikan, Reuni 20 tahun lulus SMA.  Saya masih ingat bagaimana IAL dibentuk untuk pertama kalinya di rumah teman kita Andi Nurlaylah Ahmad, SH di Jl. Maccini Gusung Lr. 75E Makassar 20 tahun lalu. Waktu itu kelompok tersebut hadir sebagai jawaban atas tanggung jawab untuk meneruskan tradisi reuni tahunan yang sudah dirintis sebelumnya oleh KASS (Kerukunan Angkatan Sembilan Satu) SMA Negeri 1 Majene.

Di kelompok KASS itu, saya mengenal beberapa senior yang hingga jika ketemu sekarang pun, rasanya koq…tiba-tiba saya menjadi anak SMP lagi. Itu lantaran mereka sudah kakak kakak SMA waktu saya masih SMP. Mereka itu misalnya kak Muhammad Jaun, kak Ilman, kak Cahaya Darwis, kak Ishak Fahmi (almarhum), kak Asliah Pattola, kak Hardiah Mustafa, Kak Achiel dan kakak sekaligus simpeku di Perkumpulan beladiri Kempo Majene era 90-an, kak Rahmat.

Kembali ke IAL 94, pada rapat di rumah Lela yang, kalo tak salah ingat, dihadiri oleh Rudi, Hans, Musjad, Mirfan, Nunung, Amda, Fatmiah, Athik dan teman lain ditunjuklah ketua IAL ‘94 yang pertama yaitu teman kita Muhammad Musjad KM. Kalau tak salah, saya wakil atau sekretaris. Sementara bendaharanya adalah Ainun Mardiyah.

Rapat-rapat untuk merumuskan konsep dan proses pelaksanaan reuni alumni yang selanjutnya dilakukan di berbagai tempat. Paling sering adalah di rumah ketua IAL ‘94 waktu itu, rumahnya Musjad di BTP, Makassar. Saya masih ingat waktu itu Amjad belum bisa banyak berkontribusi sebab sedang ikut bimbingan tes (?) atau semacamnya, yang akhirnya beliau lulus masuk FK setahun setelahnya.
Rumah Musjad di BTP besar dan mewah. Saya suka sebab ada tape-nya keluaran terbaru di masa itu. Tape itu selain bisa memutar kaset,  di bagian atasnya ada ceruk khusus untuk memutar CD. Lagu-lagu yang diputar juga keren-keren; Padi, Dewa dan Iwan. Beberapa CD lain lagu-lagu barat. Keren, pokoknya. Belum lagi, kantong tengah terjamin kalau rapat di sana karena Ketua hobbi traktir orang-orang yang rapat. Asik dan asik pokoknya.

Akhirnya setelah mencari dana dengan berbekal proposal yang dibuat oleh sepupunya bendahara IAL, kak Fadilah Mindarti, yang di masa itu adalah senior saya di FK Unhas, kami pun keluar masuk kantor, mengunjungi donatur potensial. Selain itu, IAL ’94 juga menggelar beberapa bazaar, termasuk yang di Restoran Dona-Doni. Seru sekali upaya mencari dana itu. Saya ingat mengajak semua teman-teman terdekat saya dari FK untuk datang membeli kupon bazaar. Di antara yang saya bisa pastikan ikut adalah dr. Siti Nurrohmiati (saat ini tugas di Kalimantan). Saking seriusnya urus bazaar, kami lari-lari (eh.. naik becak ke sana kemari bolak balek cari tempat sholat sebab ternyata pada waktu itu, kalau tak salah, tak ada ruang untuk sholat di sekitar situ)

Walhasil, berhasil juga upaya kami untuk melaksanakan acara reuni. Sekretariat dadakan dan logistic acara di-drop dari rumahnya teman kami Fatmiah, yang tak jauh dari lokasi acara yaitu Gedung Assamalewuang. Di masa itu, dapat saya pastikan bahwa Assamalewuang masih lagi merupakan salah satu, jika bukan satu-satunya, gedung termegah di wilayah yang saat ini kita sebut Sulawesi Barat. Acara kami dimulai sekitar waktu Isya. Hadir banyak sekali tamu, di antaranya, jika tak salah adalah Bupati Majene di kala itu, Kapolres, Dandim (?) Kepala Kantor Urusan Agama, Ketua DPRD, dan tamu lain. Di antara guru-guru kami ada pak Malik (almarhum), pak Ka’do’, pak Ramadhan, ibu Chia’ (duh.. kangen sama ibu!) dan guru lain. Pak Tahir (almarhum), guru mate-matika kami dan guru favoritku, beliau tak hadir sebab rumah beliau jauh.

Acara hiburan berupa drama komedi. Lupa bagaimana ceritanya yang asli tapi tampaknya lucu sebab ada suasana mudik di atas panggung. Yang membuat terpingkal adegan seseorang mengangkat karton sebesar kulkas berjalan terbungkuk-bungkuk di terminal.

Kami memakai kostum seragam. Baju batik berwarna coklat. Karena bajunya dijahit tanpa mengukur saya, atau mungkin karena saya membesar tiba-tiba (?) maka pada malam puncak acara saya ingat lengannya kependekan dan saya seperti memakai baju orang lain. Kerepotan lainnya adalah, karena saya lupa membawa rok panjang hitam dari kampong saya yang 30km dari lokasi acara. Roknya pun berakhir seperti bajunya. Tapi ini asli, rok pinjaman dari orang lain. Hasilnya bisa diduga,  kurang lebih seperti pengungsi yang bajunya sudah hanyut semua, jadi tinggal pake baju orang. Aih sudahlah. Sudah nasib seperti itu. Lagi pula, salah sendiri, sibuk mengurusi acara dan tidak sibuk mengurusi kostum.

 Tapi acara sukses. Tampaknya, di masa itu belum lazim diperkenalkan konsep kue masuk di kantung kertas seperti hadiah, karena biasanya kue masuk ke kotak kue, seperti yang akhirnya bertahan hingga sekarang ini. Tapi kalau tak salah konsumsi di malam acara itu, khusus untuk tamu umum, dimasukkan ke  kantung kertas. Untuk tamu khusus, tampaknya pake bosara. Isinya saya lupa persisnya apa. Saya juga lupa apakah kue itu dipesan seluruhnya atau ada yang dibuat sendiri oleh kami.

Setelah acara reuni di malam itu, saya tak pernah lagi terlibat dalam reuni lainnya yang diadakan oleh angkatan lain di bawah kami. Saya jarang pulang lama sebab jadwal kuliah terlalu padat. Jangankan libur, napas aja susah di masa-masa itu. Tampaknya ada acara reuni lagi dan tampaknya tradisi reuni masih ada hingga sekarang. 

Belakangan, setelah teman-teman yang tinggal di wilayah Sulawesi Barat, khususnya yang bekerja di Majene kembali sering bertemu, saya kerap membaca kabar sejuk tentang acar kumpul-kumpul, arisan, traktiran, dan akhirnya reuni 20 tahun. Ide yang sangat baik. Sayangnya, saya hanya bisa turut berbahagia menyaksikan foto-foto dan wajah-wajah ceria dan segar teman yang berkumpul bersama hari itu, Reuni 20 tahun Ikatan Alumni (IAL) ’94, Majene. Ada ibu Sri Hamdani, pak dr. Amjad, ibu Nasriah, ibu Husnayani, ibu … bapak.. ah semua sudah berhasil. Guru-guru kita di SMA Negeri 1 Majene pastinya sangat bangga dengan murid-muridnya lulusan tahun 94. Bukan hanya sudah berhasil, tetapi pula masih tetap rukun, damai, adem, ayem. Meski ada juga yang tetap maroca’ dan ceria plus meriah seperti dulu. Iya toh?

 Dan, masih ingatkah motto IAL ‘94 yang kita rumuskan hari itu 20 tahun lalu?
 “Bersama, kita jadikan esok lebih baik”

Ini adalah esok dari hari yang 20 tahun lalu itu. Tapi karena kita masih bersama, esok yang lain pula menunggu untuk diraih.

Keep in touch, dear Friends!   

Tuesday 5 August 2014

Menuju Lokasi Ujian Masuk Perguruan Tinggi

Hari ini saya bertugas mengawas di Ujian Masuk Mandiri UIN Alauddin Makassar. Lokasi mengawas saya di Ruang IPC 48, Gedung AD 1 Fakultas Adab kampus 1 UINAM. Ada 2 peserta yang tak hadir dari total 20 peserta. Sebagai pengawas, kami bertugas menjaga kelancaran ujian. Membantu peserta dalam hal teknis administratif, termasuk mengecek benar tidaknya cara mereka mengisi lembar jawaban, pada kolom identitas peserta.



Beberapa peserta ujian tiba di lokasi tanpa persiapan yang maksimal, lupa kartu ujian, tak bawa bolpoin dan papan penyangga kertas. Semua tentu sangat mempengaruhi konsentrasi ujian seorang peserta.

Untuk itulah, sebelum ke lokasi ujian, perikasa dulu apakah barang-barang tas sudah mendukung untuk "bertempur" di lokasi ujian? Berikut ini beberapa barang yang sebaiknya dipersiapkan:
  1. Kartu ujian
  2. Foto kopi ijazah
  3. Pensil untuk komputer, biasanya kode 2B, yang sudah teraut tajam, sebaiknya dipersiapkan agak banyak agar tidak meraut selagi dalam masa ujian, ujung pensil ditutup agar tidak patah,
  4. Ballpoin atau pulpen biasa, bukan yang dengan tinta cair dan merembes, tinta warna hitam
  5. Beberapa karet penghapus, sebab karet penghapus kerap memperkotor lembar jawaban, jadi sebaiknya membawa beberapa karet penghapus
  6. Papan penjepit kertas agar lembar jawaban dapat dilindungi dari kembungkinan terlipat ketika mengerjakan soal,
  7. Map plastik untuk menyimpan dokumen ujian seperti ijazah dan kartu ujian. Tas kecil atau kotak pensil untuk menyatukan semua peralatan tulis,
  8. Membawa jam tangan untuk mengantisipasi waktu,Kertas tissue untuk melap keringat dan menjaga agar meja ujian bersih
  9. Sekalipun tidak diperbolehkan membawa makanan dan minuman ke meja ujian, sebaiknya mempersiapkan bekal dari rumah sebab ujian membutuhkan bekal tenaga dan hidrasi dari minuman yang mencukupi,
  10. Kertas cakaran biasanya tak perlu sebab soal diperbolehkan untuk dimiliki peserta, jadi peserta boleh memanfaatkannya sebagai kertas cakaran untuk soal hitungan dll.







Sunday 22 June 2014

Seribu Jalan Menuju Kampus Samata UIN Alauddin Makassar

Foto milik situs http://bayualfian.blogspot.com/2011/11/foto-kampus-2-uin-saat-masih-tahap.html


Ini postingan yang santai saja.
Tetapi terkadang apa yang kita anggap remeh temeh, boleh jadi super penting bagi orang lain. Saya ingin memulai postingan ini dengan tiga ilustrasi. Mudah-mudahan bisa menjustifikasi mengapa saya harus memposting ini di Blog saya setelah sekian lama vakum dan tak menulis apa pun.

Cerita pertama tentang mahasiswa nyasar saat mau ke kampus Samata. Beberapa waktu lalu, pasca mengawas SBMPTN di daerah Bontomanai, Gunung Sari Makassar, tepatnya di SMKN BPKKT (BLPT) Makassar yang beralamat di Jl Bontomanai 14, tak jauh dari area belakang hotel Clarion, Makassar, saya pulang dengan sebuah pete-pete jurusan Minasa Upa.  Di sekitar pertigaan ujung Alauddin, naiklah seorang anak muda, jangkung dan canggung. Dari lagaknya terbaca, he is a new comer to Makassar.

Ia bilang mau ke kampus Alauddin. Mungkin maksudnya Unismuh, mobil melewati kompleks kampus Unismuh, anak itu tak turun. Di pertengahan kompleks Minasa Upa yang padat, ia bergumam ragu, "Pak, di sebelah mana kampus UIN Alauddin?"

Rupanya ia ingin ke kampus UIN Samata. Beruntung ada penumpang lain yang rupanya mau naik taxi dan sekedar menumpang sepotong jalan menuju Minasa Upa sebelum cari taxi ke Samata. Ia tak perlu nyasar lama sebelum tiba ke kost kakaknya di sekitar kampus Samata.



Cerita kedua terjadi di Malaysia. Saya tinggal di dekat kampus UKM (Universiti Kebangsaan Malaysia) Bangi selama beberapa waktu dan untuk suatu urusan ingin ke kampus Cheras. Selama beberapa waktu berupaya memandangi denah di Google Map, saya pun menyerah. Setelah browsing ke sana-ke mari, tak dapat informasi bagaimana menuju ke sana dengan cara termurah dan termudah. Suatu ketika, saya bertanya pada kawan semeja di perpustakaan Tun Sri Lanang, mahasiswa lokal. Saya baru dapat informasi, bahwa tak ada public transport ke sana. Adanya hanya taxi, harga yang disebutnya cukup tinggi. Walhasil, sampai pulang pun, saya tak pernah bertandang ke kampus Cheras.


Cerita ketiga, tentang seorang calon mahasiswa dari Sumatera. Lantaran tak dapat informasi bagaimana jalan ke kampus Samata UIN, ayah sang calon mahasiswa harus turun tangan ikut mengantar ke Sulawesi. Tak terbilang biaya yang harus dibayarnya karena datang ke Makassar tanpa petunjuk yang jelas dan pasti. Mereka turun di airport dan ke kampus mendorong kopor naik taxi. Alangkah repotnya.

Tentu akan banyak lagi cerita mereka yang bingung mencari informasi bagaimana jalan termurah menuju kampus UIN Samata. Atau apa saja alternatif transportasi menuju ke kampus 2 UIN Samata, Gowa. Saya hanya ingin memberi beberapa cerita yang saya tahu, mudah-mudahan bermanfaat.

***

Ada beberapa alternatif jalan menuju Kampus 2 UINAM. Alamat kampus ini adalah Jl Sultan Alauiddin 63 Samata Gowa, Sulawesi Selatan.  Alat transportasi yang ada untuk ke lokasi tersebut bervariasi. Mulai cara transportasi paling murah hingga yang paling mahal. Yang paling ribet, hingga yang paling mudah.

1. Angkutan Kota.

Angkutan kota di Makassar atau yang kerap disebut angkot di Jakarta cukup banyak beroperasi. Di Makassar, angkot disebut "pete-pete".

Pete-pete dan bentor di jalan Makassar. Foto milik Dimas Prakoso


 Trayek pete-pete  cukup beragam. Sebagian besar akan beredar melewati pasar Sentral. Karena itu, dulu, kami sering memesan mereka yang barusan ingin ke Makassar agar jika tersesat dan mereka bingung ketika mendengar penjelasan orang yang mereka temui di jalan, mereka boleh memilih trayek pete-pete yang kembali menuju pasar sentral. Saran itu, tentu sudah tidak sesuai lagi dengan jaman di saat mana sekarang ini orang sudsah punya handphone dan di mana-mana taxi mudah dicegat.

Setiap trayek dapat di baca di kaca depan. Trayek menuju UIN Samata yang melalui pasar sentral, sayang sekali tidak ada. Satu-satunya trayek pete-pete menuju UIN Samata adalah pete-pete yang memang pekerjaannya khusus hanya bergerak dari kampus 1 Alauddin di jl. Sultan Alauddin Makassar menuju kampus 2 UIN Samata-Gowa dan sebaliknya.

Karena itu, bagi mereka yang ingin naik pete-pete ke kampus 2 UIN Samata, disarankan untuk mengambilnya dari kampus 1 jalan sultan alauddin nomor 63 Makassar. Para pengunjung yang ingin ke kampus 2 dapat mengambil rute menuju ke kampus 1 dulu. Pete-pete yang melintas menuju kampus 1 UIN Alauddin Makassar cukup banyak diantaranya yaitu pete-pete Sentral-Minasa Upa, Pete-pete Pa'baeng-baeng-Sentral (keduanya bercat biru) dan pete-pete Gowa yang bercat merah. Pete-pete ini boleh diambil di sepanjang trayeknya.

Trayek pete-pete Minasa Upa adalah berangkat dari BTN Minasa Upa - Syech Yusuf - Sultan Alauddin - Andi Tonro - Kumala - Ratulangi - Jendral Sudriman (Karebosi Timur) - HOS Cokroaminoto (Sentral) dan sebaliknya saat kembal.
Kembali  : Pasar Butung - Sulawesi - Riburane Achmad Yani (Balaikota) - Jendral Sudirman - Ratulangi (MaRI) - Landak - Veteran - Sultan Alauddin - Syech Yusuf - BTN Minasa Upa
- See more at: http://alannobita.blogspot.com/2014/01/angkutan-pete-pete-makassar-dan-rutenya.html#sthash.g2U4iN6p.dpuf
Berangkat : BTN Minasa Upa - Syech Yusuf - Sultan Alauddin - Andi Tonro - Kumala - Ratulangi - Jendral Sudriman (Karebosi Timur) - HOS Cokroaminoto (Sentral) - KH. Wahid Hasyim - Wahidin Sudirohusodo - Pasar Butung
Kembali  : Pasar Butung - Sulawesi - Riburane Achmad Yani (Balaikota) - Jendral Sudirman - Ratulangi (MaRI) - Landak - Veteran - Sultan Alauddin - Syech Yusuf - BTN Minasa Upa
- See more at: http://alannobita.blogspot.com/2014/01/angkutan-pete-pete-makassar-dan-rutenya.html#sthash.g2U4iN6p.dpuf
Berangkat : BTN Minasa Upa - Syech Yusuf - Sultan Alauddin - Andi Tonro - Kumala - Ratulangi - Jendral Sudriman (Karebosi Timur) - HOS Cokroaminoto (Sentral) - KH. Wahid Hasyim - Wahidin Sudirohusodo - Pasar Butung
Kembali  : Pasar Butung - Sulawesi - Riburane Achmad Yani (Balaikota) - Jendral Sudirman - Ratulangi (MaRI) - Landak - Veteran - Sultan Alauddin - Syech Yusuf - BTN Minasa Upa
- See more at: http://alannobita.blogspot.com/2014/01/angkutan-pete-pete-makassar-dan-rutenya.html#sthash.g2U4iN6p.dpuf


Kembali ke pete-pete antar kampus.
Mobil antar kampus ini biasanya mangkal di halaman depan UIN Alauddin tidak jauh dari training Center UIN Alauddin. Untuk berangkat, angkot ini biasanya menunggu penumpang hingga penuh. Karenanya, hampir tak ada kemungkinan memperoleh tempat duduk jika menunggunya di luar kampus. Ongkos sekali jalan adalah Rp. 4.000 (per tanggal 22 Juni 2014).

Pete-pete lain yang "nyaris" melintasi kampus Samata adalah pete-pete yang rutenya adalah dari perbatasan Antang Gowa menuju kota Sungguminasa Gowa. Warga menggelari pete-pete ini sebagai pete-pete Wara' yang artinya angkot menuju utara.Mungkin karena tujuannya adalah menuju utara kota jika dari Sungguminasa. Pete-pete ini melintasi Ballalompoa dan kantor camat di Gowa.

Dengan pete-pete ini menuju kampus 2 Samata, penumpang harus turun di perempatan yang mempertemukan jalan Aroeppala dengan jalan Abdul Kadir Dg. Suro. Di perempatan ini baru mengambil ojek atau bentor yang mangkal tak jauh dari lampu merah.







2. Taxi

Taxi tentu cara termudah menuju Kampus 2 UIN Samata. Bagi mereka yang ingin naik taxi dari bandara, harga taxi menuju kampus 2 berkisar antara Rp. 120 ribu hingga Rp. 150 ribu. Sebaiknya memilih jalur tol agar tidak terjebak macet di jalan-jalan Makassar yang terkenal padat dan rawan macet. Harga naik taxi bisa beberapa kali lipat jika terjebak macet. Nomor telepon provider taxi cukup banyak. Di antara yang mudah dihafal adalah taxi Bosowa 0411454545.

3. Ojek/ Bentor

Cukup banyak ojek beroperasi di Makassar. Hampir di setiap pengkolan jalan ada ojek motor ataupun becak motor yang kerap disebut bentor. Ongkos bentor ataupun ojek perlu dinegosiasikan baik-baik sebelum dipilih sebab jangan sampai harganya tidak masuk akal. Ongkos bentor biasanya jauh lebih mahal daripada ojek motor.

Sebagai contoh kecil, dari perempatan lampu merah Aroeppala dan jalan poros Antang, ongkos ojek menuju kampus adalah lima ribu rupiah sementara ongkos bentor bisa Rp. 7 sampai 10 ribuan.









4. Kombinasi
Jalur kombinasi pun boleh dipilih. Misalnya mencari cara termurah menuju UIN dari sekitar airport atau daerah sekitar Tamalanrea. Jalannya cukup ribet tapi boleh dicoba jika kepepet. Pertama, naik pete-pete jurusan sentral Daya dan turun di pengkolan PLN Tello. Biayanya Rp 4.000. Dari situ, cari posisi terbaik untuk bisa mencegat pete-pete sentral Antang yang menuju ke Kassi (Perbatasan Gowa Makassar). Tujuan Kassi' perlu diperjelas sebab tidak semua pete-pete Antang menuju ke Kassi. Sebagian belok ke Perumnas dan tidak mau ke Kassi. Turunlah di ujung terakhir rute pete-pete Kassi yaitu di perbatasan Gowa. Antang. Biayanya juga Rp. 4. 000.

Di daerah tersebut, sepanjang siang hingga sekitar magrib, ada menunggu beberapa ojek dan atau bentor. Ongkos menuju UIN dari daerah tersebut adalah Rp. 5 atau 7 ribu, sedangkan jika naik bentor ongkosnya bisa 10-15 ribuan. Ongkos totalnya adalah 13 hingga 23 ribuan.

Itulah beberapa pilihan dari seribu jalan menuju kampus 2 Samata UIN Alauddin Makassar. Ongkos pete-pete, taxi, ojek dan bentor di atas valid setidaknya sampai BBM naik pasca pilpres Juli 2014 nanti.

Selamat datang di Kampus Samata UIN Alauddin Makassar.
Ada seribu jalan menuju kampus Samata,
asal jangan pake nyasar :)